SURYA.co.id|SURABAYA – Sebanyak 14.395 warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Jatim diusulkan mendapat remisi khusus Idul Fitri 2022. Saat ini, Kanwil Kemenkumham Jatim sedang menunggu SK dari Ditjen Pemasyarakatan.
Plt Kakanwil Kemenkumham Jatim Wisnu Nugroho Dewanto menuturkan, pengusulan itu menindaklanjuti Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan 8 Maret 2022. Wisnu memaparkan, WBP yang diusulkan mendapatkan remisi hanya berstatus narapidana saja.
“Mereka tersebar di 39 lapas, rutan dan LPKA di seluruh Jatim. Tiga Lapas Kelas I yang ada di Jatim masih menjadi pengusul terbanyak. Lapas I Malang menjadi satker paling banyak mengusulkan yaitu dengan 1.800 WBP,” ujarnya, Rabu (20/4/2022).
Lebih lanjut dia membeberkan, disusul Lapas I Surabaya dengan 1.646 orang. Lalu di urutan ketiga adalah Lapas I Madiun yang mengusulkan 718 WBP.
“Saat ini jumlah WBP di Jatim ada 28.069 orang, 22.373 orang diantaranya sudah berstatus narapidana,” jelasnya.
Wisnu menyebut, ada sekitar 64 persen WBP berstatus narapidana yang diusulkan memperoleh remisi. Selain itu, karena sifatnya yang khusus, narapidana yang diusulkan mendapatkan remisi hanya yang beragama Islam saja. “Besarannya pun variatif. Paling sedikit 15 hari, paling banyak 2 bulan,” lanjut Wisnu.
Wisnu juga menyampaikan, dalam pengusulan remisi khusus Idul Fitri kali ini, terdapat 35 WBP yang terjerat kasus korupsi yang juga berhak mendapatkan remisi.
“Namun, lebih banyak WBP kasus korupsi yang sebenarnya bisa mendapatkan remisi tapi terganjal dengan aturan yang ada. Ada 282 WBP kasus korupsi yang tidak bisa menerima remisi karena tidak membayar pidana denda atau sedang menjalani masa hukuman subsider,” terangnya.
Selain itu, kata dia, ada sepuluh WBP kasus terorisme yang mendapatkan remisi. Salah satu yang paling sering mendapatkan remisi adalah Hisyam alias Umar Patek.
“Tahun ini adalah tahun kelimanya mendapatkan remisi. Pada edisi kali ini, pria yang dijerat hukuman badan 20 tahun itu diusulkan mendapatkan remisi 1 bulan 15 hari,” paparnya.
“Ada 26 WBP kasus terorisme yang belum bisa mendapatkan remisi dengan berbagai alasan seperti belum berikrar NKRI, tidak mengikuti program deradikalisasi hingga pidana seumur hidup,” urai Wisnu.
Pria asal Semarang tersebut menyatakan, jumlah yang diusulkan sekarang masih bisa bertambah seiring berjalannya waktu. Hal ini dikarenakan dinamika di lapas, rutan dan LPKA.
#Hanya #dari #Napi #Korupsi #yang #Dapat #Remisi #Ini #Syarat #yang #Tidak #Terpenuhi
Sumber : surabaya.tribunnews.com